Thursday, December 19, 2013

Kaligrafi dari Rempah rempah


Tak hanya untuk bumbu masakan, rempah-rempah ternyata juga bisa menjadi bahan baku kerajinan, seperti lukisan kaligrafi. Lukisan rempah-rempah berpotensi menembus pasar internasional. Asal bisa membaca selera pasar, prospek usaha ini cukup menjanjikan.

Indonesia sangat terkenal dengan hasil rempahnya. Banyak orang berduyun-duyun datang ke negeri ini untuk memburu salah kekayaan alam itu. Rempah-rempah yaitu cengkih rupanya telah menginspirasi seniman kita untuk mencipta lukisan unik. Bahkan, lukisan ini terlihat lebih hidup dibandingkan dengan lukisan berbahan cat.

Syahputra adalah kreatornya. Ia membuat lukisan kaligafi dari rempah-rempah karena harga bahan bakunya lebih murah dan gampang diperoleh. Ia menggunakan rempah-rempah, seperti, cabai, daun teh, biji weewood, ketumbar, tepung kanji, biji saga, daun waru, dan cengkih untuk melukis kaligrafi. Sebelumnya, bahan baku itu diolah dengan campuran bahan kimia supaya lebih awet.

Semua bahan baku itu, Syahputra dapat dari pasar tradisional. Namun, khusus untuk cengkih, ia selalu memesannya dari Sumatera, karena cengkih dari sana lebih halus kualitasnya. Jika ia mendapatkan cengkih yang kasar, ia harus menggilingnya terlebih dulu. Rempah-rempah yang halus lebih mudah ditempel.

Untuk menempelkannya, ia menggunakan lem khusus yang dioleskan sesuai bentuk gambar atau motif yang diinginkan. Untuk membuatnya memerlukan ketelitian, karena prosesnya cukup rumit. Sebab, jika melewatkan satu detail saja, maka kesalahannya bisa fatal," ujar Syahputra.

Bumbu dapur memiliki warna-warna yang cantik alami sehingga warna lukisan pun tetap menarik. Syahputra mendapatkan warna merah dari kulit cabai. Kelir hijau berasal dari potongan sayur, dan kuning dari kunyit. Proses pembuatan lukisan membutuhkan waktu dua hingga tiga hari. Lamanya pengerjaan sangat tergantung dari cuaca untuk mengeringkan bahan baku. Bahan baku harus kering supaya gambar yang dihasilkan benar-benar terlihat nyata. Namun, jika musim hujan datang berkepanjangan, ia pun memakai lampu dengan watt tinggi untuk mengeringkan lukisan tersebut. Sayang, barang kerajinan rempah belum terlalu banyak peminatnya. Menurut Syahputra hal ini karena masyarakat meragukan keawetan kerajinan berbahan cengkih. Padahal kerajinan rempah-rempah termasuk barang yang tahan lama.

Modal yang besar juga menjadi faktor utama bisnis kerajinan ini. Syahputra menuturkan, untuk membuat sebuah lukisan diperlukan modal Rp 500.000 hingga Rp 1 juta. Modal terus membengkak, lantaran saat ini harga bahan baku terus merangkak naik. Kalau kebutuhan pokok dapur naik, otomatis harga lukisan juga kian mahal, kata Syahputra.

Syahputra membedakan harga lukisannya berdasarkan ukuran. Ia menyediakan tiga ukuran lukisan, yakni 90 x 122 cm, 50 x 122 cm, dan 35 x 122 cm. Harganya berkisar antara Rp 1 juta sampai Rp 2,5 juta.

Inovasi ini sekiranya dapat menjadikan kerajinan Indonesia dikagumi dan lebih dikenal dunia. Para pencipta seni kreatif seperti ini sepatutnya memiliki kemudahan akses untuk mengikuti pameran internasonal dan kemudahan berpromosi lewat dunia maya alias internet. (*/

Kontan)



Sumber : ciputraentreprenuerchip.com

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2012. Adaptasi - Posts · Comments
Powered by Blogger